PENDAHULUAN
Latar Belakang
Evaluasi penyuluhan
pertanian merupakan suatu cara atau teknik untuk mengukur dan menilai sejauh
mana pelaksanaan penyuluhan dapat tercapai dengan sasaran yang telah
ditentukan. Evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk mengukur sejauh
mana perubahan perilaku petani dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam menjalankann usahataninya sehingga mampu berjalan secara mandiri.
STPP Bogor pada
setap tahunnya tmemiliki suatu program Praktik Kerja Lapangan I, II, dan III.
Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengimplementasikan apa yang telah
dipelajari di kampus untuk bisa memahami bagaimana gambarannya menjadi seorang
penyuluh. Pada semester VI ini, mahasiswa akan melaksanakan kegiatan evaluasi
akhir kegiata/program yang dirangkum dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) III.
Kegiatan PKL III ini
akan dilaksanakan di Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung
Barat. Berdasarkan data dari Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) Desa
Mandalawangi tahun 2016, permasalah yang paling signifikan adalah kurangnya
pemahaman petani terhadap pengendalian OPT melalui sistem PHT padi sawah (RKTP
Desa Mandalawangi Tahun 2016).
Sistem PHT adalah
upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu
atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu
kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan
lingkungan hidup (Deni, 2016). PHT ini merupakan salah satu bagian daripada
komponen dasar metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yakni a).
Varietas Unggul Baru (VUB), b). Benih bermutu dan sehat, c). Pengaturan cara
tanam d). Pemupukan berimbang menggunakan BWD dan PUTS, e). Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT), (Petunjuk Teknis GP-PTT Padi Sawah 2015).
Berdasarkan
permasalahan yang tercantum dalam RKTP Desa Mandalawangi tersebut, kegiatan
evaluasi ini akan menilai sejauh mana pemahaman petani terhadap pengendalian
OPT dengan sistem PHT padi sawah. Dalam tingkatan perilaku (pengetahuan, sikap
dan keterampilan), ‘pemahaman’ merupakan sub kategori kedua dalam ranah
pengetahuan. Maka dari itu indikator yang dinilai dalam kegiatan evaluasi
terhadap permasalahn tersebut adalah tingkat pengetahuan petani terhadap PHT
padi sawah. Adapun judul dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini adalah “Evaluasi
Tingkat Perilaku Petani Terhadap Penerapan PHT Padi Sawah”.
Tujuan
- Mengetahui sejauh mana perilaku petani dalam
menerapkan PHT padi sawah, terkait dengan tingkat pemahamannya.
- Memberikan gambaran terhadap evaluator sebagai
tindak lanjut dalam mendeskripsikan pemahaman petani berdasarkan hasil
wawancara dan kuisioner yang disebarkan kepada petani.
Manfaat Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian ini ialah untuk mengetahui apakah petani tersebut telah
mengetahui, menyetujui dan pemahaman keterampilan dalam penerapan PHT padi
sawah. Manfaat evaluasi ini pula, dapat digunakan sebagai bahan alat ukur bagi
penyuluh untuk mengetahui sejauh mana petani mampu tahu, mau dan mampu dalam
penyuluhan yang ia berikan. Selain daripada
itu evaluasi dapat dijadikan sebagai suatu masukan untuk proses
penyuluhan ke depannya sehingga menjadi llebih efektif.

Evaluasi
Penyuluhan Pertanian
Evaluasi merupakan
upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan melalui pengumpulan dan penganalisaan
informasi/data secara sistematik serta mengikuti prosedur tertentu yang secara
ilmu diakui keabsahannya. Evaluasi bisa dilakukan terhadap perencanaan,
pelaksanaan maupun hasil serta dampak suatu kegiatan (Kementan. Kementerian Pertanian, 2007) .
Evaluasi penyuluhan
pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian dan
dilakukan melalui proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta
perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan
berikutnya. Evaluasi penyuluhan pertanian sangat penting untuk kegiatan program
penyuluhan pertanian, bukan hanya untuk program itu sendiri melainkan
bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dan bagi petugas pelaksana
evaluasi penyuluhan pertanian.
Evaluasi penyuluhan
pertanian merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh informasi yang
relevan dan mengetahui sejauh mana perubahan perilaku petani dan hambatan yang
dihadapi petani, sejauh mana efektivitas rancangan program penyuluhan pertanian
dalam merencanakan program kerja petani (Padmowihardjo, 2009) .
Manfaat dari hasil
evaluasi penyuluhan antara lain : menentukan tingkat perubahan perilaku petani,
untuk perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian dan pelaksanaan
penyuluhan pertanian dan untuk penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.
Hasil evaluasi yang baik menurut Erwin (2012), bisa didapatkan jika kita
memegang prinsip-prinsip sebagai landasan dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan
pertanian yaitu:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bagian integral dari proses penyuluhan.
3. Berhubungan dengan tujuan program
penyuluhan.
4. Menggunakan alat ukur yang sahih.
5. Dilakukan terhadap proses dan hasil
penyuluhan.
6. Dilakukan terhadap kuantitatif maupun
kualitatif.
Seorang penyuluh
yang akan melakukan evaluasi harus terlebih dahulu merencanakan/menyusun
instrumen dan melaksanakannya dengan metode ilmiah, tahapan-tahapan yang
dilakukan harus jelas, sistematis dan mengikuti kaidah berpikir ilmiah.
Mardikanto (1993) mengungkapkan ada beberapa pokok pikiran yang terkandung
dalam pengertian “evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis
yang berupa langkah :
1. Pengamatan untuk pengumpulan data dan
fakta.
2. Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan.
3. Pengukuran atau membandingkan hasil
pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
4. Pengambil keputusan atau penilaian atas
segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang
kita lakukan
Jenis-jenis Evaluasi
1. Evaluasi Awal (Pre Evaluation) :
dimaksudkan sebagai alat analisis guna memperbaiki rencana kegiatan. Evaluasi
awal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal yang dimiliki petani
sebelum proses penyuluhan diberikan. Artinya bahwa sebelum pelaksanaan
penyuluhan, penyuluh diharapkan mempunyai data awal tentang keadaan petani
berkaitan dengan penguasaan informasi yang mereka miliki. Evaluasi awal ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode evaluasi test tulis dengan menggunakan
instrumen test berupa pertanyaan tertulis dengan tipe soal tertutup (pilihan
ganda) dan opsi jawaban.
2. Evaluasi Proses/Pelaksanaan (On Going
Evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan dilaksanakan.
3. Evaluasi Akhir (Post Evaluation):
digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil secara keseluruhan sesuai yang
direncanakan hubungannnya dengan efisiensi dan efektivitas. Setelah kegiatan
penyuluhan selesai, selanjutnya dilaksanakan kegiatan evaluasi akhir dengan
cara dan metode yang sama dengan evaluasi awal. Yaitu berupa pemberian
instrumen test berupa pertanyaan tertulis dengan tipe soal tertutup (pilihan
ganda) dan opsi jawaban (Achdiyat, 2017).
Kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan
pada PKL III ini tergolong ke dalam jenis evaluasi akhir. Hal tersebut
dikarenakan evaluasi dilakukan pada program PHT padi sawah yang telah berjalan
di tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari RKTP tahun 2016
Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat bahwa “pemahaman
petani masih kurang dalam mengendalikan OPT dengan menerapkan PHT padi sawah.
Dalam tingkatan perilaku petani, Bloom (1956) menerangkan bahwa pemahaman
termasuk ke dalam sub kategori ke dua dalam pengetahuan.
Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom
merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali diperkenalkan Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah/kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya
Tujuan pendidikan dalam Bloom dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah pengetahuann dapat
digambarkan sebagai berikut:
Penilaian
|
6
|
Evaluation
|
||||||||||
Sintesis
|
5
|
Synthesis
|
||||||||||
Analisis
|
4
|
Analysis
|
||||||||||
Penerapan
|
3
|
Application
|
||||||||||
Pemahaman
|
2
|
Comprehension
|
||||||||||
Pengetahuan
|
1
|
Knowledge
|
- Affective Domain (Ranah Afektif) yang terkait
dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat,
motivasi, dan sikap. Seperti penerimaan, responsif, nilai
yang dianut, organisasi dan karakterisasi.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) gerakan
dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Seperti peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan
pengalamiahan.
Berdasarkan klasifkasi perilaku tersebut, pemahaman diartikan
sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: a).translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); b).interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi); c).ekstrapolasi (memperpanjang/ memperluas arti/memaknai data), (wikipedia.org). Maka dari itu, penetapan perilaku petani
yang akan dievaluasi adalah tingkat pengetahuan terhadap pemahaman sistem PHT ada metode PTT padi sawah. Namun pada
pelaksanaan di lapangan, karena pendekatan PHT diintegrasikan melalui GP PTT,
evaluasi perilaku petani dapat ditetapkan keseluruhannya yakni pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah
adalah suatu pendekatan inovatif
dalam upaya meningkatkan produktivitas
dan efisiensi usahatani
melalui perbaikan
sistem/pendekatan dalam perakitan
paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan
secara partisipatif oleh
petani serta bersifat
spesifik lokasi. PTT merupakan
inovasi baru untuk
memecahkan berbagai
permasalahan dalam peningkatan
produktivitas padi.
Teknologi intensifikasi padi
bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan
diatasi (demand driven technology).
Komponen teknologi dasar PTT yang sangat
dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi adalah sebagaiberikut:
- Varietas Unggul
Baru (VUB).
- Bibit bermutu
dan sehat.
- Pengaturan cara
tanam (jajar legowo).
- Pemupukan
berimbang dan efesien mengggunakan BWD (Bagan warna Daun) dan PUTS (
- Pengendalian
OPT dengan pendekatan PHT.
PTT padi sawah
merupakan suatu paket teknologi budidaya, dimana pada pelaksanaannya antara
satu komponen dengan komponen yang lainya saling keterkaitan. Berdasarkan data
keadaan yang tercantum dalm RKTP Desa Mandalawangi tahun 2016, bahwa produksi
padi di tingkat petani masih belum optimal. Permasalah yang dihadapi oleh
petani diantaranya ialah pemahaman petani terhadap pengendalian OPT melalui PHT
petani masih belum merata. OPT adalah salah satu masalah yang menyebabkan
penurunan produksi, oleh karena itu pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
adalah komponen teknologi tepat guna yang harus diterapkan oleh masyarakat tani.
Namun, untuk mengetahui sejauh mana pemahamn petani terhadap pendekatan PHT,
maka dilakukanlah kegiatan evaluasi.
Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Padi
Sawah
Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman pasal 20 menyatakan dua hal:
1. Perlindungan
tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (Sistem PHT).
2. Pelaksanaan
perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud ayat (1), menjadi tanggungjawab
masyarakat dan Pemerintah.
Menurut
Undang-undang tersebut yang dimaksud Sistem PHT adalah upaya pengendalian
populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari
berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk
mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam sistem ini
penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir.
Manfaat Pendekatan PHT:
1. Menghindari dan menimumkan keracunan
bahan kimia terhadap lingkungan hidup antara lain menghindari tertinggalnya
residu racun yang tidak diharapkan pada tanaman, tanah, air dan makanan.
2. Menghindari timbulnya resistensi pada
berbagai jenis serangga hama,
terbunuhnya musuh alami dan serangga berguna, serta timbulnya resurgensi hama
dan timbulnya hama sekunder atau hama baru.
3. Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan
lingkungan.
4. Meningkatkan
produksi dari tanah secara keseluruhan
5. Meningkatkan keanekaragaman, daya tahan
terhadap hama (Deni, 2016).
PHT memiliki
beberapa prinsip yang khas,
yaitu: (a) sasaran
PHT bukan eradikasi atau
pemusnahan hama tetapi pembatasan
atau pengendalian populasi hama
sehingga tidak merugikan, (b) PHT
merupakan pendekatan holistik maka penerapannya harus
mengikutsertakan berbagai disiplin ilmu
dan sektor pembangunan sehingga
diperoleh rekomendasi yang optimal,
(c) PHT selalu mempertimbangkan dinamika ekosistem
dan variasi keadaan sosial
masyarakat, maka rekomendasi PHT untuk pengendalian hama tertentu juga
akan sangat bervariasi
dan lentur, (d) PHT lebih
mendahulukan proses
pengendalian yang berjalan
secara alami (non-pestisida),
yaitu teknik bercocok tanam dan
pemanfaatan musuh alami
seperti parasit, predator, dan
patogen hama. Penggunaan pestisida
harus dilakukan secara bijaksana
dan hanya dilakukan apabila pengendalian
lainnya masih tidak mampu menurunkan populasi hama, dan (e)
program pemantauan atau
pengamatan biologis dan lingkugan sangat mutlak dalam PHT karena
melalui pemantauan petani dapat
mengetahui keadaan agroekosistem sawah pada
suatu saat dan
tempat tertentu,
menganalisis untuk memilih
tindakan pengelolaan tanaman yang benar, (Jurnal Konsep Penerapan PHT
Padi Sawah, Alit dan Zakiah, 2015).
Adapun strategi
pengendaliannya yaitu:
1. Gunakan varietas tahan, merupakan
varietas tanaman padi yang toleran terhadap penyerangan hama dan penyakit
tertentu dan lingkungan yang ekstrim. Contohnya varietas padi Ciiherang yang
tahan terhadap hama wereng cokelat, penyakit hawar daun dan cocok ditanam pada
musim hujan.
2. Tanam tanaman yang sehat, seperti
pengendalia dari aspek kultur teknis seperti : pola tanam tepat, pergiliran
tanaman, kebersihan lapang, waktu tanam yang tepat, pemupukan yang tepat,
penngelolaan tanah dan irigasi, tanam-tanaman perangkap untuk pengendalian
tikus.
3. Pengamatan berkala di lapang, dimaksudkan
untuk mendeteksi dan memantau perkembangan serangan OPT secara dini, efektif
dan efesien.
4. Pengendalian secara biologis. Musuh alami
merupakan organisme atau mikroorganisme yang digunakann untuk mengendalikan OPT
secara biologis. Musuh-musuh alami tersebut terdiri dari predator, parasitoid
dan pathogen serangga. Contohnya ialah laba-laba, ular dan sebagainya.
5. Pengendalian secara mekanik ialah
pengendalian secara langsung dan penggunaan alat perangkap hama, seperti:
·
Mengambil
dengan tangan.
·
Menggunakan
pagar.
·
Menggunakan
alat perangkap hama, seperti bubu untuk tikus, light trap untuk serangga, dan
lain-lain.
6. Pengendalian secara fisik yakni dengan
cara mempengaruhi atau merubah lingkungan fisik. Contoh cara mengendalikan
nematoda yang ada di dalam tanah maka dilakukan penggenangan air untuk
memperkecil masuknya oksigen ke dalam tanah.
7. Pengendalian secara kimia yakni
pengendalian OPT dengan menggunakan zat-zat kimia seperti insektisida,
fungisida, molusida, nematisida (Balitan,2004).

Lokasi dan Waktu
Kegiatan (PKL) III akan dilaksanakan pada 13 Juli 2017 sampai dengan 27 Agustus 2017, bertempat di Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung
Barat Provinsi Jawa Barat.
Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan
evaluasi dalam (PKL) III ini merupakan petani di wilayah binaan Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat yang kelompoktaninya telah menerapkan materi
penyuluhan “Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah”.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).
Populasi pada
kegiatan evaluasi ini ialah petani yang telah mendapatkan materi dan menerapkan
Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah di wilayah binaan
Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat, yang selanjutnya akan
diwakili oleh sampel daripada populasi petani yang ada sebagai bahan evaluasi.
Menurut
Suwandi, dkk (2005) Jumlah sampel yang diperlukan dalam suatu
penelitian/evaluasi tidak ada ketentuan yang baku, namun sebagai pedoman yang
dapat digunakan acuan sebagai berikut, jumlah besarnya sampel tergantung pada :
a) Analisis
statistik yang digunakan
b) Derajat
keseragaman populasi
c) Tingkat persesi
yang dikehendaki
d) Tenaga, biaya
dan waktu yang tersedia
Metode pengambilan
sample yang akan digunakan pada kegiatan evaluasi ini ialah dengan rumus slovin.
Penggunaan metode ini dikarenakan jumlah petani yang terlalu banyak yakni 174
orang dari 4 kelompoktani yang telah menerapkan PHT padi sawah, jangka waktu
kegiatan evaluasi yang pendek, serta biaya yang kurang memadai sehinga
memungkinkan pegambilan sampel dengan rumus slovin. Berikut adalah data jumlah
kelompoktani yang telah menerapkan dan mendapatkan materi PHT padi sawah:
Tabel 1. Data
Pengambilan Sampel
No
|
Kelompoktani
|
∑ Anggota
|
Luas Lahan (Ha)
|
Produktivitas
|
Varietas
|
1
|
Mukti Tani
|
42
|
25
|
625
|
Ciherang
|
2
|
Gentra Waluya
|
43
|
25
|
625
|
Ciherang
|
3
|
Mandala Mukti
|
45
|
25
|
625
|
Ciherang
|
4
|
Sumber Rejeki
|
44
|
25
|
625
|
Ciherang
|
Jumlah
|
174
|
100
|
2.500
|
-
|
Sumber: Programa
Kecamatan Cipatat, 2014
Berdasarkan data
pada tabel 1, jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus slovin adalah
sebagai berikut:
n =
|
N
|
1 + Ne2
|
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e =
Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir sebesar 10%
Berdasarkan rumus
Slovin diatas, maka perolehan jumlah sampel yang dijadikan sasaran evaluasi
sebagai berikut:
n=
|
N
|
=
|
174
|
=
|
174
|
=
|
174
|
=
|
174
|
=
|
63,5
|
1+Ne2
|
1+174(0,1)
|
1+(174x0,01)
|
1+1,74
|
2,74
|
Dari jumlah sampel
tersebut kemudian dilakukan pembulatan ke atas sehingga menjadi 64 orang petani
yan menjadi sampel pada kegiatan evaluasi. Jumlah responden yang telah
ditetapkan tersebut, akan diuji validitasnya terlebih dahulu dengan mengambil
10% dari 64 reponden. Maka uji validitas instrumen sebelum digunakan pada
sasaran penelitian jika dibulatkan ialah 7 orang responden uji.
Jumlah sample uji
yang telah ditetapkan dalam rumus slvin tersebut, selanjutnya jumlah responden
dibagi berdasarkan persentasi dari jumlah masing-masing kelompoktani, yakni
sebagai berikut:
![]() |
Maka jumlah responden pada masing-masing
kelompoktani ialah sebagai berikut:
Tabel 2. Pembagian Sampel Per Kelompoktani
No
|
Kelompoktani
|
∑ Anggota
|
∑ Sampel Per Kelompok
|
Dibulatkan
|
1
|
Mukti Tani
|
42
|
15,44
|
15
|
2
|
Gentra Waluya
|
43
|
15,81
|
16
|
3
|
Mandala Mukti
|
45
|
16,55
|
17
|
4
|
Sumber Rejeki
|
44
|
16.1
|
16
|
|
Jumlah
|
174
|
63,9
|
64
|
Sumber: Data Diolah
Penulis, 2017
Teknik Pengumpulan
Data
Data Primer
Data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok maupun hasil
observasi dari suatu objek (www.kanal info).
Data primer terdiri
dari karakteristik responden yang meliputi nama, umur, pendidikan,
kelompoktani, kedudukan di kelompoktani, pengetahuan responden, sikap
responden, dan keterampilan responden mengenai PHT padi
sawah.
Data primer dikumpulkan
melalui instrumen, instrumen menurut Sugiyono (2009) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel dalam evaluasi ini adalah dengan kuesioner
yang sebelumnya diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dibuat
terstruktur sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua pertanyaan
yang diajukan. Kuesioner utuh yang akan dibagikan kepada responden dibuat
berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah ditentukan sebelumnya
Data Sekunder
Data sekunder adalah
sumber data penelitian yang diperoleh melalui media peranttara atau secar tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip yang
dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan (www.kanal info).
Data sekunder
diperoleh dari penyuluh setempat dan BP3K Kecamatan Cipatat berupa data keadaan dan profil wilayah binaan Kelurahan Karang
Taruna dan catatan lain yang mendukung.
Instrumen Evaluasi
Validitas Instrumen
Uji validitas adalah
uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item
pertanyaan mengukur variabel yang dievaluasi/diteliti, uji validitas merupakan
prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur
variabel evaluasi valid atau tidak. Menurut Sugiyono (2009), bahwa valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Uji
validitas yang akan dilakukan pada instrumen evaluasi ini menggunakan formula
analisa korelasi Pearson dengan langkah berikut :
1. Membagi kuesioner berisi butir-butir
pertanyaan pada 10% dari jumlah responden yang telah ditetapkan (10% dari 64)
yakni 7 orang.
2. Setelah kuesioner dijawab oleh responden,
data yang diperoleh akan diolah di komputer menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) mengikuti formula analisa korelasi Pearson sebagai berikut:
![]() |
Keterangan:




3. Interpretasi kriteria keputusan uji
adalah melihat hasil output SPSS. Jika
nilai r hitung > r tabel maka butir pertanyaan valid. Contoh r hitung
dihasilkan 0,340 dan hasil daripadda r tabel 0,300 (tabel r hitung pada statistik)
maka butir pertnyaan valid, (Ratnaningsih, 2010).
Hasil uji validitas
(kelayakan kuesioner) perilaku petani berdasarkan aspek pengetahuan dengan 12
pertanyaan/pernyataan, menghasilkan 10 pertanyaan/pernyataan yang valid dimana
r hitung >0,300 dan 2 pertanyaan/pernyataan yang tidak valid dengan r hitung
<0,300 yakni pertanyaan/pernyataan nomor 3 dan nomor 12. Menurut
Ratnaningsing 2010, bahwa koefisien korelasi butir pertanyaan/pernyataan yang
valid adalah >0,300.
Pada aspek sikap dengan
18 pertanyaan/pernyataan seluruhnya memilki r hitung >0,300, maka dari itu
keseluruhan pertanyaan/pernyataan ialah valid. Sedangkan pada aspek keterampilan
terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid dari jumlah awal 11
pertanyaan/pernyataan, yakni nomor 3, 5, dan 7 dimana r hitung <0,300. Data
validitas kuesioner terdapat pada Lampiran 3.
Reabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas
adalah uji statistik yang dipakai guna menentukan reliabilitas serangkaian item
pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel, atau sejauh mana
pengukuran dapat dipercaya jika dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda
pada kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Ratnaningsih, 2010) . Langkah uji
reliabilitas yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Membagi kuesioner berisi butir-butir
pertanyaan pada 10 orang responden
2. Setelah kuesioner dijawab oleh responden,
data yang diperoleh akan diolah di komputer menggunakan perangkat lunak SPSS
dengan formula Koefisien Alpha (Croanbach’s
Alpha) sebagai berikut :
![]() |
Keterangan :



3. Kriteria keputusan uji dengan melihat
hasil analisis pada output SPSS yaitu melihat nilai Croanbach’s Alpha keseluruhan instrumen. Instrumen memiliki tingkat
reliabilitas tinggi jika nilai realibilitas instrumen yang diperoleh > 0,60 (Ratnaningsih, 2010) .
Berdasarkan hasil
uji reliabilitas kuesioner pada aspek pengetahuan menghasilkan r hitung 0,7633,
pada aspek sikap 0,853 dan pada aspek keterampilan 0,68. Menurut Ratnaningsih
2010, kuesioner/instrumen yang reliabel ialah yang memilki nilai Croanbach’s Alpha >0,60. Aspek
pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang sudah diuji keseluruhannya memiliki
nilai Croanbach’s Alpha >0,60, maka
kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel. Data hasil pengujian kuesioner
terdapat pada Lampiran 3.
Kisi-kisi Instrumen
Tabel. 3 Kisi-kisi Instrumen
Variabel
|
Indikator
|
Parameter
|
Skala
|
Pengetahuan
|
Pengetahuan atau pemahaman petani mengenai Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah.
|
Tidak mengetahui
Kurang mengetahui
Cukup mengetahui
Sangat mengetahui
|
1
2
3
|
Sikap
|
Persetujuan petani dalam menyikapi penerapan
(PHT) pada PTT padi sawah.
|
Tidak setuju
Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
|
1
2
3
4
|
Keterampilan
|
Keterampilan/ kemamupuan petani dalam
penerapan (PHT) pada PTT padi sawah.
|
Tidak terampil
Kurang terampil
Terampil
Sangat terampil
|
1
2
3
4
|
Sumber: Data Diolah
Penulis, 2017
Teknik Analisis Data
Data hasil kuesioner
pada kegiatan evaluasi ini dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabulasi
kemudian diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif.
Analisis deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
2009) .
Analisis secara deskriptif pada evaluasi ini dilakukan dengan cara menentukan
nilai rata-rata hitung, persentasi atau proporsi data yang sudah diringkas
melalui tabulasi untuk melihat nilai tentang pengetahuan, sikap, dan
keterampilan petani mengenai PHT pada PTT padi
sawah.
Penilaian yang
dihasilkan dari kegiatan evaluasi berdasarkan anlisis deskriptif akan mampu
menggambarkan keadaan responden saat ini setelah dilakukan proses evaluasi.
Penarikan kesimpulan yang disajikan dari hasil hitung tabulasi data, akan mampu memberikan
keakuratan data sebagai data dasar dan penunjang dalam mendeskripsikan hasil.
Data tersebut kemudian dipresentasikan berdasarkan jumlah responden yang
dinilai atas pencapaian dari indikator penilaian yang telah disediakan oleh
evaluator. Sehingga hasil tersebut akan memberikan pernyataan:
- Berapa responden yang mengetahui, menyetujui dan
telah mampu penerapan PHT padi
sawah.
- Saran dan anjuran seperti apakah untuk mendukung
pencapaian tujuan berdasarkan RKTP penyuluh pertanian wilayah binaan.
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat. 2017. Modul
Evaluasi Penyuluhan Pertanian. STPP Bogor. Bogor
Alit dan Zakiah. 2015.
Konsep dasar dan Penerapan PHT. BPTP Jawa Barat. Bandung
[BALITAN]. Balai
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2004. Petunjuk Lapang PTT Padi
Sawah. Balitan. Sumatera Utara.
[BALITBANG]. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2016. Pedoman Umum PTT Padi Sawah.
Balitbang. Jakarta.
[BP3K]. Balai Penyuluhan
Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan. 2014. Programa Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014.
BP3K.Bandung
Erwin, 2012. Mengevaluasi
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. [Online] Available at: http://epetani.deptan.go.id/blog/mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan-pertanian-erwin-sp-3843 [Diakses 9 Mei 2014].
[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman Teknis GP-PTT Padi Sawah Tahun 2015. Direktorat Jenderal
Tanman Pangan.
Jakarta.
[KEMENTAN]. Kementerian
Pertanian, 2007. Peraturam Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007
tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan
Kelompoktani. Jakarta: Kemeterian Pertanian.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan
Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Padmowihardjo, S., 2009.
Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Ratnaningsih, D. J.,
2010. Metodologi Penelitian. [Online]
Available At: Http://Www.Ut.Ac.Id/Html/Suplemen/Mmpi5202/Indeks.Html [Diakses 8 5 2014].
Available At: Http://Www.Ut.Ac.Id/Html/Suplemen/Mmpi5202/Indeks.Html [Diakses 8 5 2014].
Rohayati, Eti. 2016. Rencana
Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP). Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan
Peternakn dan Kehutanan. Bandung
Roja, Atma. 2009. Pengendalian
Hama dan Penyakit Secara Terpadu Padi Sawah. 2009. Balai Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Sumatera Barat.
Sugiyono, 2009. Statistika
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprajat, Deni. 2016. Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). STPP Bogor. Bogor.
Suwandi, dkk. 2014.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian. STPP Bogor. Bogor
Lampiran 1. Jadwal
Kegiatan PKL III
Jadwal Kegiatan PKL
III (Evaluasi Penyuluhan Pertanian)
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||
April
|
Juli
|
Agustus
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Menentukan Sampel Kegiatan Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas
instumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Melakukan Penyebaran Kuesioner
(Instumen) dan Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Melakukan rekapitulasi dan tabulasi data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Menganalisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Menetapkan hasil dan membuat laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar