Selasa, 08 Mei 2018

Contoh proposal program peyuluhan pertanian

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan suatu cara atau teknik untuk mengukur dan menilai sejauh mana pelaksanaan penyuluhan dapat tercapai dengan sasaran yang telah ditentukan. Evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana perubahan perilaku petani dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menjalankann usahataninya sehingga mampu berjalan secara mandiri.
STPP Bogor pada setap tahunnya tmemiliki suatu program Praktik Kerja Lapangan I, II, dan III. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengimplementasikan apa yang telah dipelajari di kampus untuk bisa memahami bagaimana gambarannya menjadi seorang penyuluh. Pada semester VI ini, mahasiswa akan melaksanakan kegiatan evaluasi akhir kegiata/program yang dirangkum dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) III.
Kegiatan PKL III ini akan dilaksanakan di Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan data dari Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) Desa Mandalawangi tahun 2016, permasalah yang paling signifikan adalah kurangnya pemahaman petani terhadap pengendalian OPT melalui sistem PHT padi sawah (RKTP Desa Mandalawangi Tahun 2016).
Sistem PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup (Deni, 2016). PHT ini merupakan salah satu bagian daripada komponen dasar metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yakni a). Varietas Unggul Baru (VUB), b). Benih bermutu dan sehat, c). Pengaturan cara tanam d). Pemupukan berimbang menggunakan BWD dan PUTS, e). Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), (Petunjuk Teknis GP-PTT Padi Sawah 2015).
Berdasarkan permasalahan yang tercantum dalam RKTP Desa Mandalawangi tersebut, kegiatan evaluasi ini akan menilai sejauh mana pemahaman petani terhadap pengendalian OPT dengan sistem PHT padi sawah. Dalam tingkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan), ‘pemahaman’ merupakan sub kategori kedua dalam ranah pengetahuan. Maka dari itu indikator yang dinilai dalam kegiatan evaluasi terhadap permasalahn tersebut adalah tingkat pengetahuan petani terhadap PHT padi sawah. Adapun judul dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini adalah “Evaluasi Tingkat Perilaku Petani Terhadap Penerapan PHT Padi Sawah”.

Tujuan
  1. Mengetahui sejauh mana perilaku petani dalam menerapkan PHT padi sawah, terkait dengan tingkat pemahamannya.
  2. Memberikan gambaran terhadap evaluator sebagai tindak lanjut dalam mendeskripsikan pemahaman petani berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner yang disebarkan kepada petani.

Manfaat Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian ini ialah untuk mengetahui apakah petani tersebut telah mengetahui, menyetujui dan pemahaman keterampilan dalam penerapan PHT padi sawah. Manfaat evaluasi ini pula, dapat digunakan sebagai bahan alat ukur bagi penyuluh untuk mengetahui sejauh mana petani mampu tahu, mau dan mampu dalam penyuluhan yang ia berikan. Selain daripada  itu evaluasi dapat dijadikan sebagai suatu masukan untuk proses penyuluhan ke depannya sehingga menjadi llebih efektif.


TINJAUAN PUSTAKA


Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi merupakan upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi/data secara sistematik serta mengikuti prosedur tertentu yang secara ilmu diakui keabsahannya. Evaluasi bisa dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun hasil serta dampak suatu kegiatan (Kementan. Kementerian Pertanian, 2007).
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian dan dilakukan melalui proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya. Evaluasi penyuluhan pertanian sangat penting untuk kegiatan program penyuluhan pertanian, bukan hanya untuk program itu sendiri melainkan bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dan bagi petugas pelaksana evaluasi penyuluhan pertanian.
Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan dan mengetahui sejauh mana perubahan perilaku petani dan hambatan yang dihadapi petani, sejauh mana efektivitas rancangan program penyuluhan pertanian dalam merencanakan program kerja petani (Padmowihardjo, 2009).
Manfaat dari hasil evaluasi penyuluhan antara lain : menentukan tingkat perubahan perilaku petani, untuk perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian dan pelaksanaan penyuluhan pertanian dan untuk penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi yang baik menurut Erwin (2012), bisa didapatkan jika kita memegang prinsip-prinsip sebagai landasan dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu:
1.    Berdasarkan fakta.
2.    Bagian integral dari proses penyuluhan.
3.    Berhubungan dengan tujuan program penyuluhan.
4.    Menggunakan alat ukur yang sahih.
5.    Dilakukan terhadap proses dan hasil penyuluhan.
6.    Dilakukan terhadap kuantitatif maupun kualitatif.
Seorang penyuluh yang akan melakukan evaluasi harus terlebih dahulu merencanakan/menyusun instrumen dan melaksanakannya dengan metode ilmiah, tahapan-tahapan yang dilakukan harus jelas, sistematis dan mengikuti kaidah berpikir ilmiah. Mardikanto (1993) mengungkapkan ada beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian “evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang berupa langkah :
1.    Pengamatan untuk pengumpulan data dan fakta.
2.    Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan.
3.    Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
4.    Pengambil keputusan atau penilaian atas segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang kita lakukan

Jenis-jenis Evaluasi
1.    Evaluasi Awal (Pre Evaluation) : dimaksudkan sebagai alat analisis guna memperbaiki rencana kegiatan. Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal yang dimiliki petani sebelum proses penyuluhan diberikan. Artinya bahwa sebelum pelaksanaan penyuluhan, penyuluh diharapkan mempunyai data awal tentang keadaan petani berkaitan dengan penguasaan informasi yang mereka miliki. Evaluasi awal ini dilaksanakan dengan menggunakan metode evaluasi test tulis dengan menggunakan instrumen test berupa pertanyaan tertulis dengan tipe soal tertutup (pilihan ganda) dan opsi jawaban.
2.    Evaluasi Proses/Pelaksanaan (On Going Evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan dilaksanakan.
3.    Evaluasi Akhir (Post Evaluation): digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil secara keseluruhan sesuai yang direncanakan hubungannnya dengan efisiensi dan efektivitas. Setelah kegiatan penyuluhan selesai, selanjutnya dilaksanakan kegiatan evaluasi akhir dengan cara dan metode yang sama dengan evaluasi awal. Yaitu berupa pemberian instrumen test berupa pertanyaan tertulis dengan tipe soal tertutup (pilihan ganda) dan opsi jawaban (Achdiyat, 2017).
Kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan pada PKL III ini tergolong ke dalam jenis evaluasi akhir. Hal tersebut dikarenakan evaluasi dilakukan pada program PHT padi sawah yang telah berjalan di tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari RKTP tahun 2016 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat bahwa “pemahaman petani masih kurang dalam mengendalikan OPT dengan menerapkan PHT padi sawah. Dalam tingkatan perilaku petani, Bloom (1956) menerangkan bahwa pemahaman termasuk ke dalam sub kategori ke dua dalam pengetahuan.

Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diperkenalkan Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah/kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya
Tujuan pendidikan dalam Bloom dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah pengetahuann dapat digambarkan sebagai berikut:
Penilaian
6
Evaluation
Sintesis
5
Synthesis
Analisis
4
Analysis
Penerapan
3
Application
Pemahaman
2
Comprehension
Pengetahuan
1
Knowledge

  1. Affective Domain (Ranah Afektif) yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Seperti penerimaan, responsif, nilai yang dianut, organisasi dan karakterisasi.
  2. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Seperti peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan.
Berdasarkan klasifkasi perilaku tersebut, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: a).translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); b).interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi); c).ekstrapolasi (memperpanjang/ memperluas arti/memaknai data), (wikipedia.org). Maka dari itu, penetapan perilaku petani yang akan dievaluasi adalah tingkat pengetahuan terhadap pemahaman sistem PHT ada metode PTT padi sawah. Namun pada pelaksanaan di lapangan, karena pendekatan PHT diintegrasikan melalui GP PTT, evaluasi perilaku petani dapat ditetapkan keseluruhannya yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu  pendekatan  inovatif  dalam  upaya meningkatkan  produktivitas  dan  efisiensi  usahatani  melalui perbaikan  sistem/pendekatan  dalam  perakitan  paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara  partisipatif  oleh  petani  serta  bersifat  spesifik  lokasi. PTT  merupakan  inovasi  baru  untuk  memecahkan  berbagai permasalahan  dalam  peningkatan  produktivitas  padi. Teknologi  intensifikasi  padi  bersifat  spesifik  lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology).
Komponen teknologi dasar PTT yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi adalah sebagaiberikut:
  1. Varietas Unggul Baru (VUB).
  2. Bibit bermutu dan sehat.
  3. Pengaturan cara tanam (jajar legowo).
  4. Pemupukan berimbang dan efesien mengggunakan BWD (Bagan warna Daun) dan PUTS (
  5. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT.
PTT padi sawah merupakan suatu paket teknologi budidaya, dimana pada pelaksanaannya antara satu komponen dengan komponen yang lainya saling keterkaitan. Berdasarkan data keadaan yang tercantum dalm RKTP Desa Mandalawangi tahun 2016, bahwa produksi padi di tingkat petani masih belum optimal. Permasalah yang dihadapi oleh petani diantaranya ialah pemahaman petani terhadap pengendalian OPT melalui PHT petani masih belum merata. OPT adalah salah satu masalah yang menyebabkan penurunan produksi, oleh karena itu pengendalian OPT dengan pendekatan PHT adalah komponen teknologi tepat guna yang harus diterapkan oleh masyarakat tani. Namun, untuk mengetahui sejauh mana pemahamn petani terhadap pendekatan PHT, maka dilakukanlah kegiatan evaluasi.

Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Padi Sawah
Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 20 menyatakan dua hal:
1.    Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (Sistem PHT).
2.    Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud ayat (1), menjadi tanggungjawab masyarakat dan Pemerintah.
Menurut Undang-undang tersebut yang dimaksud Sistem PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam sistem ini penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir.

Manfaat Pendekatan PHT:
1.    Menghindari dan menimumkan keracunan bahan kimia terhadap lingkungan hidup antara lain menghindari tertinggalnya residu racun yang tidak diharapkan pada tanaman, tanah, air dan makanan.
2.    Menghindari timbulnya resistensi pada berbagai jenis serangga  hama, terbunuhnya musuh alami dan serangga berguna, serta timbulnya resurgensi hama dan timbulnya hama sekunder atau hama baru.
3.    Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan.
4.    Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan
5.    Meningkatkan keanekaragaman, daya tahan terhadap hama (Deni, 2016).
PHT memiliki beberapa prinsip  yang  khas,  yaitu:  (a)  sasaran  PHT bukan  eradikasi  atau  pemusnahan  hama tetapi  pembatasan  atau  pengendalian populasi  hama  sehingga  tidak  merugikan, (b)  PHT  merupakan  pendekatan  holistik maka penerapannya harus mengikutsertakan berbagai  disiplin  ilmu  dan  sektor pembangunan  sehingga  diperoleh rekomendasi  yang  optimal,  (c)  PHT  selalu mempertimbangkan dinamika ekosistem dan variasi  keadaan  sosial  masyarakat, maka rekomendasi PHT untuk pengendalian hama tertentu  juga  akan  sangat  bervariasi  dan lentur,  (d)  PHT lebih  mendahulukan  proses pengendalian  yang  berjalan  secara  alami (non-pestisida), yaitu teknik bercocok tanam dan  pemanfaatan  musuh  alami   seperti parasit,  predator,  dan  patogen  hama. Penggunaan  pestisida  harus  dilakukan secara  bijaksana  dan  hanya  dilakukan apabila  pengendalian  lainnya  masih  tidak mampu menurunkan populasi hama, dan (e) program  pemantauan  atau  pengamatan biologis dan lingkugan sangat mutlak dalam PHT  karena  melalui  pemantauan  petani dapat  mengetahui  keadaan  agroekosistem sawah  pada  suatu  saat  dan  tempat  tertentu, menganalisis  untuk  memilih  tindakan pengelolaan tanaman yang benar, (Jurnal Konsep Penerapan PHT Padi Sawah, Alit dan Zakiah, 2015).
Adapun strategi pengendaliannya yaitu:
1.    Gunakan varietas tahan, merupakan varietas tanaman padi yang toleran terhadap penyerangan hama dan penyakit tertentu dan lingkungan yang ekstrim. Contohnya varietas padi Ciiherang yang tahan terhadap hama wereng cokelat, penyakit hawar daun dan cocok ditanam pada musim hujan.
2.    Tanam tanaman yang sehat, seperti pengendalia dari aspek kultur teknis seperti : pola tanam tepat, pergiliran tanaman, kebersihan lapang, waktu tanam yang tepat, pemupukan yang tepat, penngelolaan tanah dan irigasi, tanam-tanaman perangkap untuk pengendalian tikus.
3.    Pengamatan berkala di lapang, dimaksudkan untuk mendeteksi dan memantau perkembangan serangan OPT secara dini, efektif dan efesien.
4.    Pengendalian secara biologis. Musuh alami merupakan organisme atau mikroorganisme yang digunakann untuk mengendalikan OPT secara biologis. Musuh-musuh alami tersebut terdiri dari predator, parasitoid dan pathogen serangga. Contohnya ialah laba-laba, ular dan sebagainya.
5.    Pengendalian secara mekanik ialah pengendalian secara langsung dan penggunaan alat perangkap hama, seperti:
·         Mengambil dengan tangan.
·         Menggunakan pagar.
·         Menggunakan alat perangkap hama, seperti bubu untuk tikus, light trap untuk serangga, dan lain-lain.
6.    Pengendalian secara fisik yakni dengan cara mempengaruhi atau merubah lingkungan fisik. Contoh cara mengendalikan nematoda yang ada di dalam tanah maka dilakukan penggenangan air untuk memperkecil masuknya oksigen ke dalam tanah. 
7.    Pengendalian secara kimia yakni pengendalian OPT dengan menggunakan zat-zat kimia seperti insektisida, fungisida, molusida, nematisida (Balitan,2004).


RENCANA KEGIATAN


Lokasi dan Waktu
Kegiatan (PKL) III  akan dilaksanakan pada 13 Juli 2017 sampai dengan 27 Agustus 2017, bertempat di Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.

Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan evaluasi dalam (PKL) III ini merupakan petani di wilayah binaan Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat yang kelompoktaninya telah menerapkan materi penyuluhan “Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah”.

Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).
Populasi pada kegiatan evaluasi ini ialah petani yang telah mendapatkan materi dan menerapkan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah di wilayah binaan Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat, yang selanjutnya akan diwakili oleh sampel daripada populasi petani yang ada sebagai bahan evaluasi.
Menurut Suwandi, dkk (2005) Jumlah sampel yang diperlukan dalam suatu penelitian/evaluasi tidak ada ketentuan yang baku, namun sebagai pedoman yang dapat digunakan acuan sebagai berikut, jumlah besarnya sampel tergantung pada :
a)  Analisis statistik yang digunakan
b)  Derajat keseragaman populasi
c)  Tingkat persesi yang dikehendaki
d)  Tenaga, biaya dan waktu yang tersedia
Metode pengambilan sample yang akan digunakan pada kegiatan evaluasi ini ialah dengan rumus slovin. Penggunaan metode ini dikarenakan jumlah petani yang terlalu banyak yakni 174 orang dari 4 kelompoktani yang telah menerapkan PHT padi sawah, jangka waktu kegiatan evaluasi yang pendek, serta biaya yang kurang memadai sehinga memungkinkan pegambilan sampel dengan rumus slovin. Berikut adalah data jumlah kelompoktani yang telah menerapkan dan mendapatkan materi PHT padi sawah:
Tabel 1. Data Pengambilan Sampel
No
Kelompoktani
∑ Anggota
Luas Lahan (Ha)
Produktivitas
Varietas
1
Mukti Tani
42
25
625
Ciherang
2
Gentra Waluya
43
25
625
Ciherang
3
Mandala Mukti
45
25
625
Ciherang
4
Sumber Rejeki
44
25
625
Ciherang
Jumlah
174
100
2.500
-
Sumber: Programa Kecamatan Cipatat, 2014
Berdasarkan data pada tabel 1, jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus slovin adalah sebagai berikut:
n =
N
1 + Ne2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e =  Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
       sampel yang masih dapat ditolelir sebesar 10%
Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka perolehan jumlah sampel yang dijadikan sasaran evaluasi sebagai berikut:
n=
N
=
174
=
174
=
174
=
174
=
63,5
1+Ne2
1+174(0,1)
1+(174x0,01)
1+1,74
2,74

Dari jumlah sampel tersebut kemudian dilakukan pembulatan ke atas sehingga menjadi 64 orang petani yan menjadi sampel pada kegiatan evaluasi. Jumlah responden yang telah ditetapkan tersebut, akan diuji validitasnya terlebih dahulu dengan mengambil 10% dari 64 reponden. Maka uji validitas instrumen sebelum digunakan pada sasaran penelitian jika dibulatkan ialah 7 orang responden uji.
Jumlah sample uji yang telah ditetapkan dalam rumus slvin tersebut, selanjutnya jumlah responden dibagi berdasarkan persentasi dari jumlah masing-masing kelompoktani, yakni sebagai berikut:
Text Box: Jumlah/ kelompok = (∑▒〖Sampel Hasil Slovin〗)/(∑▒〖Sampel Awal〗) x ∑ Anggota Kelompok
Contoh: 
64/72 x 42 = 15,44 = 15
 





Maka jumlah responden pada masing-masing kelompoktani ialah sebagai berikut:
Tabel 2. Pembagian Sampel Per Kelompoktani
No
Kelompoktani
∑ Anggota
∑ Sampel Per Kelompok
Dibulatkan
1
Mukti Tani
42
15,44
15
2
Gentra Waluya
43
15,81
16
3
Mandala Mukti
45
16,55
17
4
Sumber Rejeki
44
16.1
16

Jumlah
174
63,9
64
Sumber: Data Diolah Penulis, 2017

Teknik Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok maupun hasil observasi dari suatu objek (www.kanal info).
Data primer terdiri dari karakteristik responden yang meliputi nama, umur, pendidikan, kelompoktani, kedudukan di kelompoktani, pengetahuan responden, sikap responden, dan keterampilan responden mengenai PHT padi sawah.
Data primer dikumpulkan melalui instrumen, instrumen menurut Sugiyono (2009) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam evaluasi ini adalah dengan kuesioner yang sebelumnya diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner dibuat terstruktur sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Kuesioner utuh yang akan dibagikan kepada responden dibuat berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah ditentukan sebelumnya

Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media peranttara atau secar tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan (www.kanal info). 
Data sekunder diperoleh dari penyuluh setempat dan BP3K Kecamatan Cipatat berupa data keadaan dan profil wilayah binaan Kelurahan Karang Taruna dan catatan lain yang mendukung.

Instrumen Evaluasi
Validitas Instrumen
Uji validitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang dievaluasi/diteliti, uji validitas merupakan prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel evaluasi valid atau tidak. Menurut Sugiyono (2009), bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas yang akan dilakukan pada instrumen evaluasi ini menggunakan formula analisa korelasi Pearson dengan langkah berikut :
1.    Membagi kuesioner berisi butir-butir pertanyaan pada 10% dari jumlah responden yang telah ditetapkan (10% dari 64) yakni 7 orang.
2.    Setelah kuesioner dijawab oleh responden, data yang diperoleh akan diolah di komputer menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) mengikuti formula analisa korelasi Pearson sebagai berikut:


Keterangan:
= Koefisien Korelasi
   = Skor item
   = Skor total
  = Banyaknya subjek
3.    Interpretasi kriteria keputusan uji adalah melihat hasil output SPSS.  Jika nilai r hitung > r tabel maka butir pertanyaan valid. Contoh r hitung dihasilkan 0,340 dan hasil daripadda r tabel 0,300 (tabel r hitung pada statistik) maka butir pertnyaan valid, (Ratnaningsih, 2010).
Hasil uji validitas (kelayakan kuesioner) perilaku petani berdasarkan aspek pengetahuan dengan 12 pertanyaan/pernyataan, menghasilkan 10 pertanyaan/pernyataan yang valid dimana r hitung >0,300 dan 2 pertanyaan/pernyataan yang tidak valid dengan r hitung <0,300 yakni pertanyaan/pernyataan nomor 3 dan nomor 12. Menurut Ratnaningsing 2010, bahwa koefisien korelasi butir pertanyaan/pernyataan yang valid adalah >0,300.
Pada aspek sikap dengan 18 pertanyaan/pernyataan seluruhnya memilki r hitung >0,300, maka dari itu keseluruhan pertanyaan/pernyataan ialah valid. Sedangkan pada aspek keterampilan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid dari jumlah awal 11 pertanyaan/pernyataan, yakni nomor 3, 5, dan 7 dimana r hitung <0,300. Data validitas kuesioner terdapat pada Lampiran 3.

Reabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang dipakai guna menentukan reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel, atau sejauh mana pengukuran dapat dipercaya jika dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda pada kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Ratnaningsih, 2010). Langkah uji reliabilitas yang akan dilakukan sebagai berikut:
1.   Membagi kuesioner berisi butir-butir pertanyaan pada 10 orang responden
2.   Setelah kuesioner dijawab oleh responden, data yang diperoleh akan diolah di komputer menggunakan perangkat lunak SPSS dengan formula Koefisien Alpha (Croanbach’s Alpha) sebagai berikut :






Keterangan :
   = Jumlah butir pertanyaan
 = Varians butir
 = Varians total
3.   Kriteria keputusan uji dengan melihat hasil analisis pada output SPSS yaitu melihat nilai Croanbach’s Alpha keseluruhan instrumen. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai realibilitas instrumen yang diperoleh  > 0,60 (Ratnaningsih, 2010).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner pada aspek pengetahuan menghasilkan r hitung 0,7633, pada aspek sikap 0,853 dan pada aspek keterampilan 0,68. Menurut Ratnaningsih 2010, kuesioner/instrumen yang reliabel ialah yang memilki nilai Croanbach’s Alpha >0,60. Aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang sudah diuji keseluruhannya memiliki nilai Croanbach’s Alpha >0,60, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel. Data hasil pengujian kuesioner terdapat pada Lampiran 3.

Kisi-kisi Instrumen
Tabel. 3 Kisi-kisi Instrumen
Variabel
Indikator
Parameter
Skala
Pengetahuan
Pengetahuan atau pemahaman petani mengenai Pengendalian Hama Penyakit  Terpadu (PHT) pada PTT padi sawah.
Tidak mengetahui
Kurang mengetahui
Cukup mengetahui
Sangat mengetahui
1
2
3

Sikap
Persetujuan petani dalam menyikapi penerapan (PHT) pada PTT padi sawah.
Tidak setuju
Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
1
2
3
4
Keterampilan
Keterampilan/ kemamupuan petani dalam penerapan (PHT) pada PTT padi sawah.
Tidak terampil
Kurang terampil
Terampil
Sangat terampil
1
2
3
4
Sumber: Data Diolah Penulis, 2017

Teknik Analisis Data
Data hasil kuesioner pada kegiatan evaluasi ini dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif.
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Analisis secara deskriptif pada evaluasi ini dilakukan dengan cara menentukan nilai rata-rata hitung, persentasi atau proporsi data yang sudah diringkas melalui tabulasi untuk melihat nilai tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani mengenai PHT pada PTT padi sawah.
Penilaian yang dihasilkan dari kegiatan evaluasi berdasarkan anlisis deskriptif akan mampu menggambarkan keadaan responden saat ini setelah dilakukan proses evaluasi. Penarikan kesimpulan yang disajikan dari hasil hitung  tabulasi data, akan mampu memberikan keakuratan data sebagai data dasar dan penunjang dalam mendeskripsikan hasil. Data tersebut kemudian dipresentasikan berdasarkan jumlah responden yang dinilai atas pencapaian dari indikator penilaian yang telah disediakan oleh evaluator. Sehingga hasil tersebut akan memberikan pernyataan:
  1. Berapa responden yang mengetahui, menyetujui dan telah mampu  penerapan PHT padi sawah.
  2. Saran dan anjuran seperti apakah untuk mendukung pencapaian tujuan berdasarkan RKTP penyuluh pertanian wilayah binaan.
DAFTAR PUSTAKA


Achdiyat. 2017. Modul Evaluasi Penyuluhan Pertanian. STPP Bogor. Bogor

Alit dan Zakiah. 2015. Konsep dasar dan Penerapan PHT. BPTP Jawa Barat. Bandung

[BALITAN]. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2004. Petunjuk Lapang PTT Padi Sawah. Balitan. Sumatera Utara.

[BALITBANG]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2016. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Balitbang. Jakarta.

[BP3K]. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan. 2014. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014. BP3K.Bandung

Erwin, 2012. Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. [Online] Available at: http://epetani.deptan.go.id/blog/mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan-pertanian-erwin-sp-3843 [Diakses 9 Mei 2014].

[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman Teknis GP-PTT Padi Sawah Tahun 2015.  Direktorat Jenderal Tanman Pangan. Jakarta.

[KEMENTAN]. Kementerian Pertanian, 2007. Peraturam Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani. Jakarta: Kemeterian Pertanian.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Padmowihardjo, S., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Ratnaningsih, D. J., 2010. Metodologi Penelitian. [Online]
Available At: Http://Www.Ut.Ac.Id/Html/Suplemen/Mmpi5202/Indeks.Html [Diakses 8 5 2014].

Rohayati, Eti. 2016. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP). Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakn dan Kehutanan. Bandung

Roja, Atma. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu Padi Sawah. 2009. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Sumatera Barat.

Sugiyono, 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprajat, Deni. 2016. Pengendalian Hama Terpadu (PHT). STPP Bogor. Bogor.

Suwandi, dkk. 2014. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. STPP Bogor. Bogor

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan PKL III

Jadwal Kegiatan PKL III (Evaluasi Penyuluhan Pertanian)
No
Kegiatan
Bulan
April
Juli
Agustus
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Menentukan Sampel Kegiatan Evaluasi












2
Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas instumen












3
Melakukan Penyebaran Kuesioner (Instumen) dan Pengumpulan Data












4
Melakukan rekapitulasi dan tabulasi data












5
Menganalisis Data












6
Menetapkan hasil dan membuat laporan














Tidak ada komentar:

Posting Komentar